Sosialisasi Eco Enzyme oleh Mahasiswa UNAIR di RW 2 Kelurahan Made

Listen to this article

SURABAYA Pagomex – Sosialisasi Eco Enzyme oleh Mahasiswa UNAIR di RW 2 Kelurahan Made: Edukasi ramah lingkungan dengan sentuhan kekeluargaan, selasa 29 juli 2025.

Suasana hangat dan akrab menyelimuti sore hari Balai RW 2, Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, saat kelompok mahasiswa KKN-BBK 6 Universitas Airlangga mengadakan sosialisasi Eco Enzyme kepada ibu-ibu PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) dan KSH (Kader Surabaya Hebat) setempat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari beberapa program kerja (proker) Belajar Bersama Komunitas (BBK) kelompok 6 yang sedang mengabdi di Kelurahan Made.

Sosialisasi ini dilaksanakan setelah kegiatan zoom PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) dari Pemerintah Kota Surabaya, yang pada hari itu juga menggunakan balai RW sebagai lokasi kegiatan.

Momentum inilah yang dimanfaatkan oleh tim BBK Kelompok 6 untuk memperkenalkan konsep Eco Enzyme – cairan serbaguna hasil fermentasi limbah organic sebagai solusi rumah tangga yang ramah lingkungan.

Kegiatan edukasi santai dengan nuansa kekeluargaan ini dimulai dengan pembukaan dan perkenalan, disambut dengan senyum hangat para ibu yang telah berkumpul sejak sore hari.

Meski bukan sesi praktik langsung, tim mahasiswa membawa contoh Eco Enzyme yang telah jadi, lengkap dengan aroma dan kemasan botol plastik hasil fermentasi.

Sesi penyampaian materi disampaikan secara sederhana dan membumi, agar dapat diterima dengan baik oleh audiens yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga.

Penjelasan dimulai dari pengertian dasar Eco Enzyme, bahan-bahan pembuatnya, proses fermentasi selama kurang lebih 3 bulan, hingga manfaat serbaguna yang bisa digunakan sebagai pembersih rumah tangga, penghilang bau, hingga pupuk cair alami.

“Waktu saya bilang ini dari kulit buah dan air gula, beberapa ibu langsung bilang, ‘Oh ini kayak bikin tape, ya’,” cerita Nabiel Firdausi, perwakilan mahasiswa BBK.

Kedekatan konsep fermentasi dengan kebiasaan lokal membuat sosialisasi berjalan lebih cair. Para ibu pun antusias membandingkan aroma Eco Enzyme dengan hasil olahan fermentasi seperti tape, legen, bahkan jamu tradisional.

Salah satu hal yang membuat kegiatan menarik adalah respon para ibu yang sangat luar biasa. Mereka sangat aktif, ceria, dan penuh rasa ingin tahu.

Sekitar 20 ibu-ibu hadir dalam sosialisasi ini, dan hampir semuanya aktif menjawab pertanyaan dan ikut berdiskusi. Saat ditanya mengenai limbah dapur yang sering mereka hasilkan, mereka menyebutkan kulit pisang, sisa sayur, kulit jeruk, dan lain-lain yang semuanya ternyata bisa menjadi bahan dasar Eco Enzyme.

Pada momen ini tak sedikit pula ibu-ibu yang menanyakan perihal lebih mendalam, seperti; “Kenapa nggak boleh pakai botol kaca?”, “Buah apa saja yang nggak boleh dipakai?”, “Kalau kulit bawang bisa nggak?”, “Kalau fermentasinya gagal, tandanya apa?”, dan lain sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menandakan bahwa para ibu tidak hanya mendengarkan secara pasif, namun mereka benar-benar menaruh perhatian pada topik yang disampaikan.

Dalam sesi interaktif, panitia menyiapkan pertanyaan berhadiah untuk menghidupkan suasana. Lima orang ibu yang berhasil menjawab dengan benar mendapat hadiah kecil dari tim BBK, yang disambut dengan tepuk tangan dan canda tawa dari peserta lain.

Di sela-sela kegiatan, gorengan hangat menjadi pengiring kebersamaan. Tawa-tawa ringan dan guyonan khas ibu-ibu membuat suasana sosialisasi ini jauh dari kaku. Sesi diakhiri dengan foto bersama, sebagai dokumentasi sekaligus kenangan hangat antara mahasiswa dan warga.

Menghubungkan Isu Lingkungan dengan Kehidupan Sehari-Hari Meski isu seperti perubahan iklim, gas rumah kaca, dan pencemaran air terdengar “jauh” dari realitas ibu rumah tangga, tim BBK berhasil menyampaikan bahwa perubahan besar dimulai dari rumah.

Dengan mengolah limbah dapur menjadi sesuatu yang berguna, ibu rumah tangga punya peran strategis dalam mengurangi sampah dan polusi secara langsung.

“Kita nggak harus mikir soal menyelamatkan bumi dulu, tapi kalau bisa bikin dapur bersih, irit pengeluaran, dan nggak bau, itu udah keren banget”, ucap Nabiel seraya menutup presentasinya terkait Eco Enzyme.

Kegiatan ini diakhiri dengan antusiasme tinggi dari ibu-ibu, yang bahkan meminta untuk diadakan sesi praktik pembuatan Eco Enzyme secara langsung di kemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi lingkungan bisa diterima dengan baik, selama dikemas dengan pendekatan yang santai, membumi, dan penuh kehangatan.

Program ini adalah satu dari beberapa proker BBK Kelompok 6 Universitas Airlangga selama masa pengabdian mereka di Kelurahan Made.

Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menjadi sekali lewat, tapi menjadi benih kebiasaan baru di kalangan ibu-ibu rumah tangga untuk lebih bijak dalam mengelola sampah dan memanfaatkan limbah organik.

Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong, mahasiswa dan warga membuktikan bahwa lingkungan bisa dijaga, dimulai dari dapur dan dari tangan-tangan ibu rumah tangga yang luar biasa.

Reporter: Winarto