SURABAYA Pagomex – Di balik deretan kelas di SMK Muhammadiyah 1 Surabaya (SMK MUDISA), tersimpan kisah-kisah perjuangan yang jarang terdengar. Ada siswa yang setiap pagi harus membantu ibunya berjualan sebelum berangkat sekolah. Ada yang mengayuh sepeda jauh melewati gang sempit demi sampai di kelas tepat waktu. Ada pula yang diam-diam menahan lapar di jam istirahat, karena tak ingin menjadi beban orang lain.
Mereka semua punya satu kesamaan: cinta belajar dan mimpi besar, namun mimpi itu perlahan memudar karena beban biaya sekolah yang terlalu berat.
“Kami menemukan beberapa siswa yang benar-benar berada di ujung tanduk. Bukan karena mereka malas atau nakal, tetapi karena keadaan ekonomi keluarga yang memaksa. Ada yang yatim, ada yang orang tuanya sakit, ada yang pendapatannya bahkan tak cukup untuk makan sehari-hari,” ungkap Irvandy Andriansyah, S.T., M.T., Kepala SMK MUDISA, dengan mata berkaca-kaca.
Melihat kenyataan itu, SMK MUDISA melalui Kantor Layanan LAZISMU meluncurkan Program Ta’awun Peduli Anak Yatim, Dhuafa, dan Siswa Potensi Putus Sekolah. Program ini menjadi jembatan harapan antara para siswa yang membutuhkan dengan para dermawan yang ingin menyalurkan kebaikannya.
Bantuan yang terkumpul akan disalurkan untuk:
Uang seragam sekolah
Pembayaran SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan)
Program Orang Tua Asuh – pendampingan penuh selama siswa menempuh pendidikan
Irvandy menegaskan, program ini bukan sekadar tentang uang. “Ini tentang masa depan mereka. Tentang memastikan bahwa seorang anak yang hari ini hampir menyerah, besok masih punya alasan untuk tersenyum dan berjuang. Tentang memastikan bahwa mereka yang kehilangan orang tua, tetap punya keluarga baru yang peduli.”
Di akhir perbincangan, Irvandy menatap penuh harap.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri. Kami butuh hati-hati baik yang mau mengulurkan tangan. Satu kebaikan kecil dari Anda bisa mengubah jalan hidup mereka. Jangan biarkan mimpi anak-anak ini mati hanya karena biaya.”
Di luar sana, mungkin kita tidak bisa menolong semua orang. Tapi melalui Program Ta’awun ini, kita bisa menjadi alasan mengapa seorang anak tetap punya masa depan.
Reporter: arahman