Lanang Heri Utoyo, S.Pd., M.Pd.: Mengabdi dengan Ilmu, Menyemai Lentera di Dunia Pesantren

Listen to this article

JAKARTA Pagomex – Di balik keberhasilan seseorang, selalu ada perjalanan panjang penuh dedikasi, kerja keras, dan doa. Demikianlah kisah hidup Lanang Heri Utoyo, S.Pd., M.Pd., seorang pendidik dan pegiat pesantren yang baru saja menuntaskan studi magisternya di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang. Dengan penuh rasa syukur, ia kini menyandang gelar Magister Pendidikan (M.Pd.), sebuah capaian yang tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menjadi amanah baru untuk terus berkhidmat di dunia pendidikan Islam.

“Alhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn, puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas izin dan rahmat-Nya saya akhirnya dapat menyelesaikan studi di Program Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) UNISSULA,” ungkapnya penuh haru.

Akar Pendidikan dari Jakarta Timur

Lanang Heri Utoyo lahir dan tumbuh di Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur. Sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan suasana belajar yang disiplin. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Negeri 03 Jakarta, lalu berlanjut ke SMP Negeri 144 Jakarta.

Memasuki usia remaja, ia memilih jalur pendidikan berbasis pesantren dengan melanjutkan ke Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Az-Ziyadah. Di sinilah titik awal kedekatannya dengan dunia pesantren terbentuk, sebuah lingkungan yang kelak menjadi jalan hidupnya.

Setelah lulus Madrasah Aliyah, ia melanjutkan pendidikan tinggi di STAI Az-Ziyadah. Di kampus inilah ia menuntaskan pendidikan sarjana, sekaligus memperkuat pondasi keilmuan yang menjadi bekal pengabdian.

“Dari STAI Az-Ziyadah, saya membangun dasar keilmuan. Dari sinilah Allah kemudian memberi jalan untuk melanjutkan ke jenjang magister di UNISSULA,” kenangnya.

Mengabdi di Dunia Pesantren

Sehari-hari, Lanang Heri Utoyo telah terbiasa hidup di lingkungan pendidikan. Ia menjadi guru Madrasah Aliyah TMI Pondok Pesantren Az-Ziyadah, mengajar para santri dengan sepenuh hati. Baginya, mendidik bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi menanamkan nilai, membentuk karakter, dan membimbing akhlak.

Selain mengajar, ia juga dipercaya sebagai Bendahara Umum Asosiasi Pondok Pesantren Salafiyah Indonesia (APPSI). Amanah ini membuatnya berperan dalam membantu Kementerian Agama RI, khususnya dalam mendata pesantren-pesantren salafiyah di seluruh Indonesia. Tugas tersebut bukan pekerjaan ringan, tetapi ia menjalaninya dengan penuh tanggung jawab, karena ia yakin bahwa pesantren adalah benteng moral dan pendidikan bangsa.

Perjuangan Meraih Gelar Magister

Menyelesaikan studi magister di tengah berbagai amanah bukanlah hal mudah. Lanang harus membagi waktu antara mengajar, mengurus organisasi, serta menuntaskan kewajiban akademik.

“Ada saat di mana saya harus mencuri waktu malam hari untuk menulis dan menata gagasan dalam tesis. Kadang lelah, tapi doa dan semangat untuk terus mengabdi menguatkan saya,” tuturnya.

Tesis yang ia tulis lahir dari realitas yang benar-benar ia alami sehari-hari di pesantren. Berjudul “Penerapan Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Az-Ziyadah”, penelitian tersebut tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga relevan dengan kebutuhan pendidikan santri.

Menurutnya, reward dan punishment bukanlah instrumen untuk menakut-nakuti, melainkan sarana menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan akhlak mulia. Ia percaya bahwa santri sebagai generasi penerus bangsa membutuhkan pola pendidikan yang seimbang antara motivasi dan ketegasan.

Moto Hidup: Pengabdian dan Doa

Jika ditanya apa yang menjadi pegangan hidupnya, Lanang Heri Utoyo dengan tegas menyebutkan motonya:
“Pengabdian; ilmu menjadi lentera, disiplin menjadi langkah, dan doa menjadi kekuatan.”

Moto ini mencerminkan jalan hidup yang ia pilih. Baginya, ilmu harus memberi manfaat, disiplin adalah kunci keberhasilan, dan doa adalah sumber kekuatan sejati. Pengabdian kepada pendidikan, santri, dan umat adalah tujuan utama yang ingin ia jalani sepanjang hayat.

Wisuda: Awal, Bukan Akhir

Hari kelulusan dan wisuda di UNISSULA Semarang bukanlah garis akhir bagi Lanang Heri Utoyo, melainkan awal perjalanan baru. Gelar Magister Pendidikan adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebesar-besarnya. Ia bertekad agar ilmu yang ia raih menjadi bekal untuk terus memperkuat dunia pendidikan Islam, terutama di pesantren.

“Wisuda ini bukan akhir. Justru ini adalah awal perjalanan baru. Ilmu ini harus saya manfaatkan agar memberi keberkahan, menambah semangat pengabdian, dan menjadi bekal untuk terus berjuang di jalan pendidikan Islam demi kemajuan umat dan bangsa,” pungkasnya

Reporter Fathurrahim Syuhadi