JAMBI Pagomex – Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, selalu ada sosok-sosok yang dengan penuh keikhlasan mendedikasikan hidupnya demi lahirnya generasi beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Salah satunya adalah Kyai Syamsul Hadi, S.Sos., M.Pd., seorang pendidik, pejuang dakwah, sekaligus penggerak pendidikan Islam yang lahir pada 7 Maret 1974 dari keluarga sederhana keturunan Jawa Tengah.
Sejak muda, Kyai Syamsul Hadi telah menapaki jalan ilmu dengan penuh kesungguhan. Ia tumbuh dan menimba ilmu agama di Kajen, Pati, sebuah daerah yang masyhur dengan pusat pesantrennya. Setiap hari ia merasakan atmosfer keilmuan para kiai, dan semangat itu menuntunnya untuk melanjutkan pengembaraan ilmu ke berbagai pesantren di Jawa Timur—Kediri, Tuban, Sedan Rembang, Trenggalek, hingga Lirboyo.
Di pesantren, ia bukan hanya belajar kitab kuning dan ilmu agama, melainkan juga menyerap keteladanan hidup para ulama sepuh. Kyai Syamsul Hadi masih mengingat betul bagaimana ia bisa bersalaman dengan Mbah Dullah Salam Kajen setiap hari Jum’at, meski orang lain termasuk pejabat seringkali sulit mendapat kesempatan itu.
Ia juga kerap sowan ke ulama-ulama besar: Mbah Abdullah Faqih Langitan, Gus Ma’sum Lirboyo, Mbah Dahnan Trenggalek, Mbah Hanan Kwagean, Gus Ali Sidoharjo, Mbah Maimun Zubair Sarang, Mbah Mun Muzayin Kajen, Mbah Muha Tuban, Mbah Muzaki Sedan Rembang, dan masih banyak lagi.
Dari perjumpaan itu, ia mendapat pelukan, doa, serta energi spiritual yang membekas sepanjang hidup. Semua pengalaman itu membentuk karakternya sebagai santri yang tawadhu‘ dan gigih berjuang di jalan ilmu.
Allah Swt menegaskan dalam firman-Nya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menjadi penguat langkahnya, bahwa jalan panjang seorang santri adalah ikhtiar meraih derajat mulia di sisi Allah SWT.
Mendirikan Pesantren Al-Fatihah
Hijrah ke tanah Sumatra, tepatnya ke Jambi, menjadi titik balik dalam hidupnya. Di tanah rantau itu ia mengabdikan diri sebagai guru madrasah, dan tak lama dipercaya menjadi Kepala MI selama 16 tahun, bahkan sempat pula menjabat Kepala MA. Amanah-amanah tersebut dijalani dengan penuh dedikasi, meski sarana dan kondisi pendidikan saat itu masih serba terbatas.
Semangat menuntut ilmu tak pernah padam. Sembari mengajar, ia menempuh S1 Ilmu Sosial, Jurusan Administrasi Publik, yang dijalani dengan penuh kesabaran. Setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang magister hingga meraih gelar M.Pd. Semua itu buah dari kerja keras, doa, dan tekad yang tak tergoyahkan.
Sabda Rasulullah Saw menjadi prinsip perjuangannya “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Puncak dari pengabdiannya adalah ketika ia mendirikan Pondok Pesantren Al-Fatihah Putra-Putri di Jambi. Pesantren ini lahir sebagai wadah untuk membekali generasi muda dengan ilmu agama sekaligus pendidikan formal. Visi beliau sederhana namun agung: melahirkan generasi Jambi yang beriman kuat, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi bagi umat.
Pesantren Al-Fatihah adalah buah perjalanan panjang seorang santri yang jatuh bangun dalam pendidikan dan dakwah, dari Pati hingga Jambi. Kini, pesantren itu menjadi oase ilmu dan akhlak bagi masyarakat.
Kesuksesan itu tidak datang sendiri. Sebagai anak sulung, Kyai Syamsul Hadi turut menanggung beban keluarga dengan membantu pendidikan adik-adiknya hingga mereka berhasil kuliah. Keteguhan itu semakin kuat berkat dukungan istrinya, Umi Nikmah, yang setia mendampingi dalam suka dan duka. Dari pernikahan ini, Allah menganugerahkan dua putri yang menjadi penyejuk hati.
Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.” (HR. Tirmidzi)
Hadis inilah yang selalu menjadi prinsip beliau dalam membangun rumah tangga.
Kiprah di Nahdlatul Ulama dan Thariqah
Selain mengelola pendidikan, Kyai Syamsul Hadi juga aktif dalam organisasi keagamaan. Ia pernah menjadi Sekretaris PCNU Muaro Jambi hampir dua periode, serta kerap menghadiri kegiatan NU di berbagai wilayah Indonesia—mulai dari Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi.
Kini, ia juga mendapat amanah besar dari mursyid untuk memimpin jama’ah thariqah dan membaiat murid-muridnya. Peran ini semakin menegaskan posisinya sebagai pengayom umat yang tak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga pembinaan ruhaniyah.
Perjalanan hidup Kyai Syamsul Hadi adalah kisah keteguhan, pengorbanan, dan pengabdian tanpa henti. Dari santri sederhana di Pati, menempuh ilmu ke berbagai pesantren, merantau ke Jambi, mendirikan pesantren, hingga dipercaya memimpin thariqah—semuanya ia jalani dengan niat lillāhi ta‘ālā.
Firman Allah SWT menjadi pijakannya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Kisah ini memberi pesan kuat: keberhasilan sejati bukan sekadar gelar atau jabatan, tetapi kemampuan untuk memberi manfaat dan menebarkan keberkahan bagi banyak orang.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi perjuangan Kyai Syamsul Hadi, menjadikan amalnya sebagai jalan menuju ridha-Nya, dan menginspirasi generasi penerus untuk terus menapaki jalan dakwah dan pendidikan.
Reporter Fathurrahim Syuhadi